Di Jumat sore itu aku duduk di tempat biasa menanti sang mentari mencari ufuk dan berjanji akan kembali pada hari sebelum ia benar-benar tenggelam dalam peraduan. Lalu lalang kendaraan yang lumrah terjadi sudah menjadi panorama basi yang sejujurnya membuat mata jenuh memandang, bising pendengaran, dan selalu menjadi perusak momen antara diskusiku dengan semesta. Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang membuat fokusku beralih dari suasana yang membosankan, yaitu sepenggal lirik " Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa " dari mulut anak kecil yang berada diatas motor melewati lajur kiri dari ruas jalan sehingga suara lucunya terdengar oleh ku yang berada persis beberapa meter dari bahu jalan. Dengan riang dan sedikit kencang kulihat dan kudengar ia bernyanyi tanpa beban kemudian, seiring menjauhnya kendaraan pun perlahan suaranya menghilang bersamaan dengan laju hiruk pikuk arus lalu-lintas dalam kemacetan, sedang aku, telah lena oleh keadaan mengenang sosok yan...
Aku bukan penulis, hanya saja suaraku terlalu keluh untuk berucap, dari tinta lalu abadi dalam kata.