Dunia hari ini menuntut manusia untuk menjadi manusia produktif agar mampu bersaing dengan manusia lainnya, tapi ada sebagian orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat realita hari ini. Jika banyak manusia berlomba-lomba menggapai mimpinya dengan bekerja keras serta mengeluarkan segala kemampuannya untuk bertahan hidup dan demi pengakuan, dia adalah manusia yang paling dan sangat berbeda diantara yang lain. Baginya, hidup dengan kesederhanaan adalah cara yang paling ideal dalam menggapai kebahagiaan dan berbuat dengan hati lebih penting ketimbang melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu (kepentingan).
Entah dikenal sebagai apa dan siapa ia dalam circle keluarga dan persahabatannya, yang ku tahu ia selalu mengaku bahwa menjadi berbeda dan hidup dalam keterasingan adalah suatu keberuntungan. Di satu sisi, ia adalah teman terbaik dalam banyak hal, namun di sisi lain ia bisa menjadi teman paling membosankan untuk diajak bersenang-senang (Nakal). Memang ku akui ia terlalu baik atau mungkin terlalu polos dalam beberapa hal, dan itu aneh. Untuk hal yang positif, Menolak dan mengatakan tidak untuk sebuah ajakan adalah hal yang tabu baginya, sebab ia tipe manusia yang selalu ingin membuat senang orang-orang yang ada di sekelilingnya, bahkan sering ia melupakan kepentingannya dan memilih bersama dalam hal yang sepeleh.
Tapi aku cukup memaklumi sebab pernah di beberapa kesempatan saat berbincang, aku pernah mendapatinya bilang begini :
"Hidup adalah milyaran kemungkinan yang
mesti di ambil agar kita bisa berpindah dari satu kemungkinan ke kemungkinan lainnya, konsekuensinya tentu saja ada pada pilihan yang senantiasa membawa kita pada kemungkinan baru dan satu hal yang akan membawa kita pada kemungkinan ternyaman yaitu keberanian dalam meyakini pilihan (prinsip)."
Lagi, aku selalu melihatnya hidup dalam mimpi yang ia buat sendiri, ia selalu disibukkan oleh pikirannya sendiri hingga jauh larut membentuk keinginan-keinginan yang sedianya hanyalah utopia menurutku. Mungkin hampir setiap hari aku memaksanya untuk keluar dari ketidakmungkinan yang pada akhirnya membuat ia nyaman, tapi apa daya sekali lagi aku masih terhalang oleh kata yang ia sebut sebagai Prinsip. Kadang aku menjadi bingung menilai apakah memang benar-benar sebuah prinsip atau inilah yang di namai Delusi??
"Hidup yang tak di maknai tak layak untuk di hidupi". Kata bijak dari seorang filsuf Yunani kuno (Sokrates), menjadi satu dari banyak kata-kata bijak yang paling ia sukai. Bukan hanya sekedar suka, kata itu juga menjadi inspirasinya dalam menjalani kehidupan. Aku masih ingat betul dialog yang ia bisikkan padaku saat dini hari itu.
"Untuk orang sepertiku, kata-kata bijak sering menjadi bahan renungan yang kemudian dengannya tak jarang menjadi tolak ukur dalam melakukan suatu tindakan. Entah memang sudah gandrung (Pemuja) atau mudah terpesona oleh hal-hal yang sebenarnya sangat remeh oleh sebagian manusia lainnya, dan begitulah aku dengan segala kerumitanku.
Memaknai hidup agar layak menjadi kehidupan adalah cara yang paling benar untuk menjalani kehidupan, tapi ada pula yang bilang kalau hidup itu ya. . . hanya perlu di jalani dan bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri, nanti esensi dari hidup dengan sendirinya pasti akan kau temui. Bagiku, tak ada yang salah dari kedua quote tersebut, hanya saja kita kadang tak pandai menikmati cara kita berkehidupan sehingga kadang-kala munculah keraguan dalam menentukan arah, bukankah manusia sejatinya ada di sebuah persimpangan dan memilih adalah suatu keniscayaan?"
Dan begitulah aku mengenalnya, manusia yang menyebut dirinya sebagai manusia beruntung dengan prinsip yang agak susah dipahami lebih-lebih di terima oleh logikaku yang telah banyak tergores oleh semrawut keinginan, mimpi dan angan tentang pengakuan dalam berkehidupan.
Komentar
Posting Komentar