Pada purnama di tangah ramadhan, bulan dengan cahaya yang gemilang, tapi tidak dengan ku yang tak sedang baik-baik saja. Mari, dengarkan aku yang sedang ingin bercerita meski tak ada tempat untuk bercerita.
Makin kesini hidup terasa begitu rumit dengan segala permasalahan di tambah lagi pertanyaan-pertanyaan yang semakin aneh. Makin kesini hidup terasa semakin sunyi dengan berkurangnya teman-teman lama, juga circle persahabatan pun mulai terbatas, bukan membatasi tapi keadaan lah yang membuatnya semakin sempit.
Jika siang aku masih tersenyum bercanda dan tertawa, tidak dengan malamku yang penuh dengan segudang gundah resah serta keluh kesah yang berdatangan. Dalam pikirian berseliweran kata tanya dan menuntut untuk segera di jawab, dan rasa sepi adalah teman paling nyaman serta paling tak ku tunggu kedatangannya, tapi begitulah dewasa, rasa itu niacaya dan harus di hadapi. Berat, sudah tentu, rumit, sudah pasti, belum lagi ada masa depan yang harus dan mesti di pikirkan meski sesekali bertentangan dengan prinsip-prinsip kehidupan. Berhadapan dengan realita tenyata tak seindah angan dan tak selalu sesuai dengan harapan.
Sekali lagi, dewasa bukan tentang umur yang menua, bukan tentang kita yang semakin bijak memandang sesuatu tapi lebih kepada bagaimana kita menyikapi setiap keinginan yang belum terpenuhi, bersabar dengan diri yang belum sepenuhnya sempurna menjadi manusia dan pada akhirnya apapun yang akan ku temui aku mencoba belajar mensyukuri apa yang telah Tuhan beri dan apapun takdir yang sedang hadir dan itu harus di hadapi.
Teruntuk diri, tetap tenang dan tetap menjadi diri sendiri hingga semoga terkabulkan dan harap di segerakan.
Komentar
Posting Komentar