Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Dialektika

Di perjalanan, terjadilah perbincangan hangat antara dua orang sahabat yang kemudian oleh hembusan angin obrolan tersebut menjadi diskusi kecil diantara mereka.   Si beruntung memulai dengan mendefinisikan kebahagiaan, Bagi si Beruntung "Kebahagiaan dimulai saat kau mengetahui bahwa kau masih memiliki hati untuk saling berbagi dan akhir dari bahagia ketika rasa empati yang kau miliki mati oleh ego diri, hampa kebahagiaan sama dengan hilanglah makna kehidupan" .  Si Pekerja keras mencoba menguraikan arti kebahagiaan menurut pendapatnya, "Bahagia bukan seberapa peduli keinginanmu untuk berbagi tapi tentang bagaimana kau menghargai hasil jerih payah yang kau jalani, kau akan hampa bahagia ketika kau tak memiliki materi". Angin dengan derunya sedari tadi menjadi saksi perbincangan diantara dua sahabat itu, diskusi semakin hangat oleh si Pekerja Keras mendeskripsikan cerita tentang kunci sukses kehidupan dengan segala usaha, kerja keras dan liku perjuangan demi menggapai...

Kuntum yang Kuncup

​   Perasaan paling bodoh adalah menyayangi orang baru dan mencoba mengubah apa yang telah dia punya. Niat baik saja tak cukup untuk menyelamatkan hidup seseorang yang sedang terjerembab dalam dunia kelam, berusaha menjadi bagian positif di antara riuh negatif yang mengelilingi lingkungan seseorang bukanlah hal yg mudah. Sejujurnya,  Aku telah jatuh sayang sekaligus kesal padamu, respect sekaligus iri dengan perjuanganmu, terpukau sekaligus benci dengan caramu memperlakukan orang-orang di sekitar mu, kemudian aku luluh dan luruh dalam keinginanku untuk melihatmu menjadi seseorang yang benar-benar bahagia tanpa senyuman palsu di tiap hari-hari yang melelahkan mu. Aku sedang membenci diriku sendiri atas sikap baikku pada orang-orang yang seharusnya tak layak di perlakukan sedemikian menyedihkan, sedangkan mereka menikmati tiap luka, perih bahkan dengan rela menari dalam pelukan duka. Mungkin ini adalah kesalahan terbesar serta penyesalan paling konyol dalam hidup, atau ini hanya...

Bukan "Kehilangan" Biasa

Menghargai diri sendiri lebih sulit daripada menghargai orang lain, dan kehilangan diri sendiri lebih menyakitkan daripada kehilangan sesuatu yang paling indah di dunia sekalipun. Setelah banyak kehilangan, kukira aku semakin dewasa memaknai sebuah perpisahan. Ternyata aku salah, bahwa selama ini aku tak kehilangan sesuatu apapun, walau begitu, tapi mengapa begitu sering aku merasa hampa demi kehampaan? Begitu banyak Tanya dalam kepala, menuntut Tanya-tanya yang tak kunjung terjawab. Kadang bingung, apa yang sebenarnya terjadi, padahal tentang kehilangan adalah satu perkara yang sangat biasa terjadi di kehidupan bukan, aku sering menggumam tentang perasaan yang sering dating tiba-tiba itu. Setahuku, kehilangan adalah konsekuensi dari pertemuan yang pasti berakhir pada perpisahan, dan itu sangat lumrah bahkan di pahami oleh banyak orang. Mingkin, hanya saja ada orang-orang yang belum siap serta bijak dalam menerima kenyataan itu termasuk diriku. Tulisan demi tulisan kurangkai untuk me...

HANYA KOMA, BUKAN TITIK

Mereka sibuk dengan pekerjaannya, penat dengan segala tugas dan rutinitas kesehariannya sedang aku, sibuk bertengkar den Jgan pikiran dan penat dengan keadaan yang hampir tak bisa lagi ku kendalikan. Saat di tengah keramaian, aku mencoba menikmati semua riuh memecah gendang telinga tapi hati dan pikiran selalu menerawang jauh membawa seluruh gelisah mencabik ubun-ubun kepala, sungguh rasanya otak ingin pecah. Ada apa denganku, ini sudah terlalu lama berlarut sampai pada aku tak lagi percaya pada kemampuanku dalam meredam situasi. Jauh sebelum hari ini, hidupku baik-baik saja kadang terlintas di pikiran "sekejam itukah dunia bekerja", atau aku butuh rehat, sebab huruf saja butuh jeda agar dapat menjadi makna, begitupun aku yang mungkin sedang jenuh dan merasakan lelah kemudian juga butuh jeda agar tahu bagaimana rasanya tenang. Tapi pada tenang yang mana, pada nyaman yang mana, pada bahagia yang seperti apa?      Adakah manusia lain yang merasakan hal yang sama dengan...

Kata dan Tanya

Katanya, kita terlalu letih pada tanya hingga lupa pada nyata. Nyatanya, kita cuma butuh ruang terhadap tanya penuh makna. Katanya, kita adalah takdir yang di pertanyakan Nyatanya, kita telah lama usang sebelum menjadi asing. Prolog, Puan, sudi kiranya saya menemani kesendirian Puan? Tentu Tuan, duduklah. Setidaknya jika kopi ini dingin, kita hangatkan lagi dengan obrolan. Terimakasih Puan, maaf sedikit meresahkan ketenangan Puan. Tidak Tuan, aku memang sedang butuh teman untuk menghabiskan malam.   Oh iya Puan, Tak biasa seorang perempuan duduk sendirian di meja kopian. Sedang menunggu teman, atau hanya sedang ingin di tempat keramaian? Tidak dua-duanya Tuan. Aku datang kemari hanya ingin duduk bersama Tuan. Ah, Puan. Entah singgungan atau candaan, tapi yang jelas jika Puan tidak menginginkan kehadiran ku, aku bisa segera pergi dari pandangan Puan. Tidak, tetaplah duduk bersamaku, Tuan. Sengaja aku datang, hanya untuk bercerita dengan seseorang yang ternyata orang itu adalah Tuan....