Langsung ke konten utama

Bukan "Kehilangan" Biasa

Menghargai diri sendiri lebih sulit daripada menghargai orang lain, dan kehilangan diri sendiri lebih menyakitkan daripada kehilangan sesuatu yang paling indah di dunia sekalipun.



Setelah banyak kehilangan, kukira aku semakin dewasa memaknai sebuah perpisahan. Ternyata aku salah, bahwa selama ini aku tak kehilangan sesuatu apapun, walau begitu, tapi mengapa begitu sering aku merasa hampa demi kehampaan? Begitu banyak Tanya dalam kepala, menuntut Tanya-tanya yang tak kunjung terjawab. Kadang bingung, apa yang sebenarnya terjadi, padahal tentang kehilangan adalah satu perkara yang sangat biasa terjadi di kehidupan bukan, aku sering menggumam tentang perasaan yang sering dating tiba-tiba itu. Setahuku, kehilangan adalah konsekuensi dari pertemuan yang pasti berakhir pada perpisahan, dan itu sangat lumrah bahkan di pahami oleh banyak orang. Mingkin, hanya saja ada orang-orang yang belum siap serta bijak dalam menerima kenyataan itu termasuk diriku. Tulisan demi tulisan kurangkai untuk mengungkapkan perasaan kehilangan, katanya dengan menulis perasaan – perasaan yang mengganggu kepala bisa perlahan memudar meski tak lenyap seutuhnya.

Hey, Move on!!! Mereka bilang. Sebab itu solusi paling sempurna untuk lepas dari sedih akan kehilangan, yups, itu sudah ku lakukan tapi tetap saja, aku masih merasa kehilangan meski hanya untuk beberapa waktu saja kemudian perasaan itu mereda. Entah sudah berapa banyak artikel tentang kehilangan yang sudah kubaca, tetap saja aku tak pernah benar - benar menemukan jawaban konkrit dari perasaan yang menurutku itu agak aneh.

Perenungan ku sampai pada titik pasrah, pikirku itu memang sering terjadi pada setiap orang hanya saja, mungkin, aku yang terlalu mendramatisir perasaan itu. Pada akhirnya aku mencoba berdamai dengan perasaan, sebab terkadang ada hal-hal yang tak harus terlalu dipikirkan sebab akan menyebabkan kita bembuang banyak waktu demi hal yang tak begitu penting, toh, bukannya perasaan kehilangan lumrah dirasakan oleh setiap manusia. Dan pada akirnya, aku menemukan jawaban dari pertanyaan yang hampir tak terjawab itu, ternyata, selama ini aku tak pernah kehilangan sesuatu apapun melainkan aku kehilangan diriku sendiri. Iya, aku kehilangan diriku bukan kehilangan sesuatu, sebab selama ini aku terlalu sibuk mempertahankan yang sebenarnya bukan milikku hingga aku tak sadar aku sedang membiarkan diriku hilang dalam eksistensi kehidupanku sediri. Sungguh menyedihkan, ternyata selama ini aku mengabaikan esensi paling bermakna yaitu diri sendiri.

Menghargai diri sendiri lebih sulit daripada menghargai orang lain, dan kehilangan diri sendiri lebih menyakitkan daripada kehilangan sesuatu yang paling indah di dunia sekalipun. Untuk diri, maaf telah mengabaikan keberadaan mu, menolak semua rasa yang kau beri dan terimakasih telah bertahan sejauh ini, aku yakin kita pasti mampu dan bisa melewati apapun yang terjadi di dalam kehidupan yang hanya fatamorgana ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiraku Utuh Ternyata Runtuh

Pada akhirnya, semua kisah akan menemui ujung usainya masing-masing, sebab kita berhak bahagia dengan pilihan yang kita tetapkan. Tak apa terluka, selagi yakin masih ada lupa semuanya akan baik-baik saja.  Sembari menikmati instrumen Bossanova di lengangnya ruangan Kopi Lain Hati sore itu, memantik diri dan jemariku mengetik kata demi kata dan tersusun menjadi paragraf dan begitulah tulisan ini dimulai. The Architecture of Love, sebuah novel dari Ika Natassa yang kemudian di filmkan dan diperankan oleh Putri Moreno sebagai Raia dan Nicola Saputra sebagai River, berhasil membuatku kagum dan merasa tak sia-sia datang ke bioskop malam itu. Alur cerita yang tak membosankan dan latar kisah dari kedua tokoh yang tak terlalu di dramatisir membuat film itu sangat layak di tonton. Pertemuan seorang penulis dan seorang arsitek di kota New York dengan tujuan yang sama yaitu Move On dari kisah percintaan mereka masing-masing. Kisah dari dari film tersebut kira-kira begini, “Seorang penulis po...

Bukan Kita

  PUAN Perihal malam ini aku benar-benar ingin mengutuk diri sendiri. Tuan, aku tau tulusmu untuku tapi maaf aku tak bisa merasakannya Mati rasa yang sekarang membuatku tak bisa menerima mu Banyak hal yang tak bisa ku utarakan saat bersamamu Tapi, ada sesuatu yang begitu menjerat tubuh ini Rasa tak pernah ingin mempercayai seseorang lagi itu terus menerus tumbuh Seperti hidup dan bertumbuh Usahamu yang tak pernah menyerah itu masih tak cukup membuat perasaan ini tumbuh Sakit masalalu itu terus terjerat, rasanya untuk mempercayai seseorang lagi itu benar-benar hal yang mustahil Maaf, tuan tapi bolehkah usahamu lebih dikeraskan lagi? Aku percaya disuatu hari aku akan kembali seperti semula walaupun dengan banyak sekali goresan dan kotoran ditubuh aku berharap engkau tak pernah berhenti untuk melakukan semua itu.   TUAN   Puan, tentang peduliku kemarin tak usah kau hirau Aku tahu tulusku tak bisa menembus benteng trauma di hidupmu Puan, kemarin aku menginginkanmu dan menjadi...

Kado Sempro

Semua tentangmu mari kita rayakan, meski hanya kecil-kecilan, meski cuma lewat doa tapi kau adalah manusia paling ikhlas yang pernah ku kenal dan semua kamu mesti kita rayakan.          Perjalananmu tak pernah mudah, perjuanganmu penuh kerikil tajam, darimu aku begitu banyak belajar tentang keikhlasan, kejujuran, bahkan kehidupan. Kau tak pernah lelah memberikan semua yang terbaik demi keluarga tak sekalipun kau terlihat lemah saat manjalani hari penuh rintangan. Kau memang pengganti Ibu yang paling aku sayang, saat masa paling sulitpun hanya kau yang paling bisa menjadi penenang, hampir semua pilihan dalam hidupku kau begitu peka menilai dan apapun pendapatmu tak pernah sekalipun salah, dan aku bersyukur karena Allah menghadirkanmu dalam hidupku. Terlalu banyak air mata jika ku ingat betapa berat hari-hari saat cobaan terberat itu datang tapi kau tetap tegar, terbuat dari apa hatimu adindaku sayang?!      Kadang, dalam sujud aku selalu menye...