Langsung ke konten utama

Kata dan Tanya

Katanya, kita terlalu letih pada tanya hingga lupa pada nyata. Nyatanya, kita cuma butuh ruang terhadap tanya penuh makna. Katanya, kita adalah takdir yang di pertanyakan Nyatanya, kita telah lama usang sebelum menjadi asing.



Prolog,

Puan, sudi kiranya saya menemani kesendirian Puan?

Tentu Tuan, duduklah. Setidaknya jika kopi ini dingin, kita hangatkan lagi dengan obrolan.

Terimakasih Puan, maaf sedikit meresahkan ketenangan Puan.

Tidak Tuan, aku memang sedang butuh teman untuk menghabiskan malam. 

Oh iya Puan, Tak biasa seorang perempuan duduk sendirian di meja kopian. Sedang menunggu teman, atau hanya sedang ingin di tempat keramaian?

Tidak dua-duanya Tuan. Aku datang kemari hanya ingin duduk bersama Tuan.

Ah, Puan. Entah singgungan atau candaan, tapi yang jelas jika Puan tidak menginginkan kehadiran ku, aku bisa segera pergi dari pandangan Puan.

Tidak, tetaplah duduk bersamaku, Tuan. Sengaja aku datang, hanya untuk bercerita dengan seseorang yang ternyata orang itu adalah Tuan.

Apapun itu Puan, aku siap mendengarkan dan ceritakan apa saja yang Puan inginkan, sekalipun keluh kesah mari segera kita tuntaskan.


Takdir yang tak Terhindar

Percaya Tuan dengan kebetulan?

Menurut Puan?

Aku hanya mempercayai takdir, Tuan. Entah yang sengaja di usahakan ataupun dengan apa yang telah Tuhan tetapkan.

Dulu, sebelum Puan berkata tentang takdir, aku mempercayai keduanya tapi sekarang, aku mulai yakin bahwa hanya takdir lah yang meliputi segenap pertemuan.

Kebetulan hanya untuk mereka yang kurang peka terhadap keadaan, Tuan. Setidaknya mereka punya alasan untuk apatis pada setiap fenomena, kemudian sibuk pada diri sendiri hingga lupa bahwa hidup bukan hanya sekedar keinginan dan kebutuhan melainkan ada hal yang lebih penting, yaitu tentang kepedulian.

Sungguh, Puan. Aku sangat berterima kasih pada malam sebab telah di pertemukan dengan Puan. Ku harap, Puan masih mau bertemu denganku di lain kesempatan. Semoga ini bukan sebuah akhir, sekali lagi sungguh, Puan, aku sangat berharap pada perjumpaan kita di masa mendatang.

Berharap pada seseorang bukan sesuatu hal yang baik Tuan, sebab manusia sangat rentan ingkar pada ucapan. Biarlah waktu menjadi perantara antara kita Tuan, jika Ia mengizinkan kelak kita kembali dalam satu tatapan.


Hanya Butuh Ruang

Hey Puan, ternyata firasatku benar. Sedari tadi ia menuntunku untuk datang di tempat terakhir kali kita di pertemukan. Akhirnya, aku benar-benar yakin bahwa memang takdir lah yang paling berperan dalam setiap jalan kehidupan.

Sini duduk, mari kita melanjutkan apa yang telah kita mulai, Tuan. Aku hanya ingin memulai percakapan dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Pernah Tuan merasa sepi di dalam riuh sesak keramaian?

Tentu Puan, bahkan sering.

Begitulah hidup, Tuan. Hidup sering memberi kisi-kisi tentang kebenaran sang Maha pemilik kehidupan, tapi kita sering gagal mengambil setiap pelajaran dari apa yang kita rasakan. Tentang Sepi dalam keramaian, sebenarnya ada pesan tersirat dari semesta bahwa keniscayaan hidup selalu terbalik dengan kenyataan. Padahal, kesunyian memberi ruang pada kita agar dapat berdialog dengan kejujuran tapi, kita memilih keriuhan sebagai tempat pelarian dan pada akhirnya kita larut dalam dusta kebahagian. Setelah itu apa yang kita dapatkan?! Perasaan lelah, bingung dan semakin memperkeruh perasaan.


Makna

 Boleh Tau mengapa Puan suka dengan kopi? aku rasa, aroma hanya alasan kesekian jika ku lihat cara Puan menikmati setiap tegukan.

Benar, Tuan. Ku lihat Tuan mulai pandai menebak sejak pertemuan yang lumayan mengesankan!!

Lalu?

Aku suka kopi karena banyak hal, tapi yang pasti Tuan, tentu karena pahit yang ia berikan. Sebab dengan pahitnya aku mengerti tentang keikhlasan, bukankah sebelum lebur menjadi pekat ada gula yang rela larut dan tak pernah berharap pada pujian?! Kita hanya memuji rasa pahit yang sempurna pada kopi, tapi lupa ada manis yang tak butuh pengakuan, tapi selalu siap di salahkan saat kopi tak sesuai dengan harapan.

Sungguh Bahagia, siapapun pria yang telah memikat hati Puan. Tolong bilang pada pria itu, aku iri pada caranya mendapatkan cinta dari Puan.

Tuan hanya menebak atau sengaja mencari tahu tentang hubunganku pada seseorang?

Jika Puan berpikir aku sedang menebak, ku harap aku salah dalam menerka tapi, bila Puan menuduh soal kedua, aku mohon maaf telah mengusik perasaan Puan.

Tuan beruntung, apa yang Tuan inginkan semuanya benar. Aku sedang tidak memiliki hubungan dengan pria manapun, dan bukan berarti aku sedang membuka kesempatan untuk mempersilahkan. Setidaknya Tuan telah berhasil melihat dari luar meski tak ada akses untuk masuk kedalam ruangan.


Paling Menyedihkan

Tuan, pernah dengar tentang kematian?

Aku rasa, tentang kematian adalah hal yang paling di takutkan oleh makhluk yang bernyawa, hingga banyak orang berusaha untuk tidak mengingat bukan!!!

Lebih dari itu itu Tuan, bahkan ada kematian yang paling menyakitkan sebelum kita benar-benar berhenti bernafas.

Kematian yang paling sakit sebelum kita benar-benar mati?

Iya, Tuan. Aku beritahu satu hal tentang kematian yang ku maksudkan. Mati yang paling memilukan bukan berpisahnya antara raga dan jiwa, tapi seseorang sebenarnya telah mati sebelum kematian sesungguhnya adalah saat ia telah di lupakan.


Definisi

Ada banyak hal yang menarik untuk di renungkan, tapi aku selalu menjatuhkan pilihan pada makna cinta sejati. Maukah Puan mendengarkan ku mendefinisikan kesejatian cinta?

Sangat ingin, Tuan. Aku sangat ingin mendengar kebenaran cinta sejati menurut Tuan.

Cinta sejati hadir saat seseorang berhenti untuk mencari, memutuskan menetap pada rasa tanpa syarat, memberi tanpa harap, melakukan segala sesuatu tanpa sebab, senyum yang tak beralasan, melepaskan tanpa terucap kata "aku telah mengikhlaskan", dan selalu fokus pada satu tatapan. Hanya satu kata yang bisa membuktikan bahwa engkau telah benar-benar mendapatkan kesejatian cinta, semua orang menganggap mu sudah tak waras.

Menarik sekali definisi Tuan tentang cinta sejati. Tapi aku hanya mengerti satu hal tentang kesejatian cinta Tuan, Bertahan pada rasa yang sama selama-lamanya.

Lagi, aku kalah, Puan. Dan selalu mengaku kalah, tapi bukan pada Puan melainkan kalah atas congkaknya keangkuhan.


Menelisik

Puan, jika kau tak keberatan aku ingin kita bersajak. Entah tentang kehidupan, perjalan, atau perasaan. Jangan dulu menuduh, aku hanya ingin menciptakan nuansa syahdu untuk ku kenang di hari esok, saat kita mungkin tak lagi saling sapa.

Tuan, esok adalah misteri yang masih suci. Apa yang kau sangkakan bukan kepastian, jangan pernah menerka hal-hal buruk di masa depan, sebab bisa saja apa yang terucap menjadi doa yang bisa tersemogakan. Jika ingin bersajak, mari lakukan tanpa berharap apapun tentang hari ini yang akan menjadi kenangan.

Aku paham, Puan. Tapi bukankah kita hanyalah sebuah kata tanpa makna, walaupun terbaca terkadang hanya samar-samar bahkan membingungkan?!

Tapi, Tuan, pada saat yang tepat kata Kita bisa menjadi kata paling bermakna bahkan untuk banyak hal!!
Tuan, jiwaku pernah menderita oleh perpisahan meski kembali terhibur oleh pertemuan.

Kau hanya takut Puan, takut pada kegagalan dalam mencari kata "kedamaian". Coba lihat hatimu sekali lagi, di relung paling dalam kau melihat kejujuran hati. Tanya pada hatimu tentang ketulusan, maka ia akan menunjukan jalan untuk menemui kebahagiaan paling sempurna.

Tuan, jangan kau anggap cinta datang dari sebuah akrabnya persahabatan, sebab rasa adalah tentang kecocokan jiwa, Jika kau menilai rasa tumbuh dari kedekatan emosional maka jangan harap cinta akan datang, cinta tak pernah hadir karena telah terbiasa sebab cinta adalah takdir yang tak bisa kita tentukan.

Puan benar, jika cinta di serahkan pada mata, apa yang terjadi saat wajah menua? jika cinta di serahkan pada kata-kata, apa yang terjadi saat bicara sudah tak ada makna?

Hati layaknya seorang petualang, Tuan, sejauh manapun ia melintasi perjalanan ia akan selalu merindukan jalan pulang. Dan rindu adalah rumah, ia akan tetap menunggu sampai keinginan kembali dalam wujud pertemuan.


Obsesi

Puan, sudah beberapa hari ini aku mengalami mimpi yang berulang. Aku seperti di ajak bercerita tentang kejadian yang sebenarnya belum pernah ku alami tapi seolah itu pernah ku lalui di masalalu.

Mimpi apa yang menghantui Tuan?

Sejujurnya, aku tidak begitu yakin pada orang yang ada dalam mimpiku. Dan orang itu tak lain adalah Puan.

Oh ya? Ceritakan saja padaku, aku ingin mendengar apa yang ku lakukan padamu di mimpi itu?

Entahlah Puan, kita begitu akrab di sana, kita bahkan lebih dekat daripada kedekatan kita saat ini. Aku bisa merasakan hubungan itu lebih dari sekedar teman, dan sejujurnya aku lebih nyaman bercerita tentang apapun denganmu.

Tuan, mungkin itu sebuah Dejavu. Mungkin Tuan terlalu terobsesi dengan pertemuan-pertemuan kita sehingga membuat alam bawah sadar menstimulus imajinasi menciptakan keinginan paling dalam pada perasaan Tuan.

Jika itu benar adanya, aku ingin selalu merasakan dejavu, Puan. Biarlah aku hidup di sana, sebab dengannya apa yang tak bisa ku gapai bisa ku rengkuh walau hanya dalam khayalan.

Itu pilihan mu, Tuan. Apapun itu, ingatlah bahwa hidup bukan tentang mimpi dan angan tapi hidup tentang apa yang ingin kau rasakan. Mimpi akan menghilang, angan terlalu mudah usang.


Epilog

Puan, hampir tujuh purnama kita saling mengenal, mungkin ini saat yang tepat untuk aku nyatakan perasaan yang semakin hari kian membuncah. Sejujurnya, ada rindu yang selalu mencari jalan pulang, ada harap yang ku gantung pada temu-temu, dan sekarang rindu itu menemui arah dan tujuan bahkan harap itu telah pasrah untuk pupus atau mulus oleh keputusan.

Kau terlalu berkilah hanya untuk menyatakan bahwa engkau sedang ingin mengungkapkan perasaan, Tuan. Lakukan, lepaskan dan semoga ada hati yang bisa mendengarkan.

Benar, Puan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa hatiku telah terpaut oleh rasa yang sering kita sebut Cinta. Entah salah atau benar, tapi hati menuntun merengkuh asa pada hatimu, Puan.

Tuan, aku tak bermaksud menghalangi perasaan Tuan melangkah ke hatiku, hanya saja aku ingin Tuan sekali lagi memikirkan apakah rasa itu ketulusan atau hanya ketertarikan. Aku terlalu takut, Tuan. Takut untuk kembali membuka hati atas apa yang pernah terlewati dan jujur, denganmu aku sudah terlanjur nyaman, Tuan.

Jika Puan meragukan, apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan?

Aku hanya ingin tahu, alasan apa sehingga Tuan sangat ingin menjadikan ku lebih dari sekedar teman?! Tuan, di masa lalu aku pernah kecewa oleh keinginan, aku pernah terluka oleh harapan, dan aku pernah mati karena di lupakan.

Puan, jika alasan yang kau pinta maka, tak satupun alasan yang bisa ku ucap sebab cinta dengan alasan akan selalu ada duka di ujung perpisahan saat alasan menuntut atas permintaan. Cintaku sederhana, Puan. Sesederhana embun memeluk pagi dan rela tergantikan oleh mentari, aku ingin mencintaimu dengan hening, se-hening malam menyatu pada doa-doa yang di langit kan pada sujud paling tulus pada Tuhan, dan aku ingin mencintaimu dengan ikhlas, seikhlas hujan yang tak dirindukan turun demi sejuk pada pepohonan yang selalu memuja sandiwara fatamorgana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiraku Utuh Ternyata Runtuh

Pada akhirnya, semua kisah akan menemui ujung usainya masing-masing, sebab kita berhak bahagia dengan pilihan yang kita tetapkan. Tak apa terluka, selagi yakin masih ada lupa semuanya akan baik-baik saja.  Sembari menikmati instrumen Bossanova di lengangnya ruangan Kopi Lain Hati sore itu, memantik diri dan jemariku mengetik kata demi kata dan tersusun menjadi paragraf dan begitulah tulisan ini dimulai. The Architecture of Love, sebuah novel dari Ika Natassa yang kemudian di filmkan dan diperankan oleh Putri Moreno sebagai Raia dan Nicola Saputra sebagai River, berhasil membuatku kagum dan merasa tak sia-sia datang ke bioskop malam itu. Alur cerita yang tak membosankan dan latar kisah dari kedua tokoh yang tak terlalu di dramatisir membuat film itu sangat layak di tonton. Pertemuan seorang penulis dan seorang arsitek di kota New York dengan tujuan yang sama yaitu Move On dari kisah percintaan mereka masing-masing. Kisah dari dari film tersebut kira-kira begini, “Seorang penulis po...

Bukan Kita

  PUAN Perihal malam ini aku benar-benar ingin mengutuk diri sendiri. Tuan, aku tau tulusmu untuku tapi maaf aku tak bisa merasakannya Mati rasa yang sekarang membuatku tak bisa menerima mu Banyak hal yang tak bisa ku utarakan saat bersamamu Tapi, ada sesuatu yang begitu menjerat tubuh ini Rasa tak pernah ingin mempercayai seseorang lagi itu terus menerus tumbuh Seperti hidup dan bertumbuh Usahamu yang tak pernah menyerah itu masih tak cukup membuat perasaan ini tumbuh Sakit masalalu itu terus terjerat, rasanya untuk mempercayai seseorang lagi itu benar-benar hal yang mustahil Maaf, tuan tapi bolehkah usahamu lebih dikeraskan lagi? Aku percaya disuatu hari aku akan kembali seperti semula walaupun dengan banyak sekali goresan dan kotoran ditubuh aku berharap engkau tak pernah berhenti untuk melakukan semua itu.   TUAN   Puan, tentang peduliku kemarin tak usah kau hirau Aku tahu tulusku tak bisa menembus benteng trauma di hidupmu Puan, kemarin aku menginginkanmu dan menjadi...

Kado Sempro

Semua tentangmu mari kita rayakan, meski hanya kecil-kecilan, meski cuma lewat doa tapi kau adalah manusia paling ikhlas yang pernah ku kenal dan semua kamu mesti kita rayakan.          Perjalananmu tak pernah mudah, perjuanganmu penuh kerikil tajam, darimu aku begitu banyak belajar tentang keikhlasan, kejujuran, bahkan kehidupan. Kau tak pernah lelah memberikan semua yang terbaik demi keluarga tak sekalipun kau terlihat lemah saat manjalani hari penuh rintangan. Kau memang pengganti Ibu yang paling aku sayang, saat masa paling sulitpun hanya kau yang paling bisa menjadi penenang, hampir semua pilihan dalam hidupku kau begitu peka menilai dan apapun pendapatmu tak pernah sekalipun salah, dan aku bersyukur karena Allah menghadirkanmu dalam hidupku. Terlalu banyak air mata jika ku ingat betapa berat hari-hari saat cobaan terberat itu datang tapi kau tetap tegar, terbuat dari apa hatimu adindaku sayang?!      Kadang, dalam sujud aku selalu menye...