Bagai desir pasir yang disapu ombak
Bagai angin malam di musim gugur
Bagai bunga sakura yang terus berjatuhan menerpa kulit
PUAN
Tuan lembut sekali senyummu kala itu, perlahan memori-memori indah terus terukir.
Momen ketika kau tak berhenti memberikan lelucon yang bahkan aku saja tak terpikirkan bahwa ada hal selucu itu di bumi, eskrim dan karangan bunga, bahkan hanya mengelilingi kota hingga larut malam. Disaat itulah aku terus terusan mengutuk waktu, kenapa. . . sialannya waktu terus bergerak, sedikit keluhku karena waktu yang tak banyak itu terus terusan menghantui, rasa tak ingin berpisah itu benar-benar terus muncul.
Tuan aku benci lambaian tangan mu selepas kita seharian melepas rindu, karna aku tahu tuan setelah ini aku akan terus menabung lagi rindu ini untuk pekan selanjutnya karna kegiatan mu yang tek pernah kosong itu.
Tapi… rasanya menunggu pekan selanjutnya terasa sangat lama tuan,
Ingin sekali rasanya aku bisa langsung terus selalu ada disetiap kegiatan padatmu tuan,
Harapan gadis mungil ini tuan, semoga sabar yang tak tahu kapan bisa dipetik ini bisa membuahkan hasil yang tidak membuat bagian lain terluka.
TUAN
Puan, aku tidak sedang menggoda tapi, apapun itu saat berada di dekatmu aku selalu jadi diriku sendiri yang tanpa sadar bertingkah konyol dengan banyolan receh, tawamu, itu yang selalu aku tunggu bahkan membuatku selalu rindu. Sumringah pada senyum lucumu, membuatku selalu berharap "mungkinkah kamu akhir dari pencarian panjangku". Kau membenci pisah kita yang sebentar, aku malah takut, takut jika kau tak merasakan bahagia yang sama seperti yang kurasa. Soal waktu, tak perlu kita kutuk mari kita ketuk langit agar Sang Pemilik waktu merestui apa yang sedang kita rasakan dan kita usahakan.
Puan, sejak aku memutuskan menetapkan rasa padamu aku sudah siap dengan segala alur kisahnya. Bukankah cinta datang bukan tetang seberapa lama engkau saling mengenal melainkan ia akan datang pada orang-orang yang bingung saat menemukan alasan mengapa ia mencintai dan dicintai. "Sebab cinta tak memberikan apapun selain dirinya sendiri dan tidak mengambil apapun kecuali dirinya sendiri".
Untuk kita, Puan, mari berprasangka baik terhadap semesta, mari kita upayakan hal-hal baik dan merayakan semsetinya layak untuk dirayakan. Sederhanya saja, Puan, "jika sesuatu telah ditetapkan untuk kita, tak peduli apapun gangguan dan rintangan ia akan tetap menjadi milik kita. Tapi jika sesuatu itu bukan ditetapkan untuk kita, akan selalu ada alasan yang mengharuskannya berakhir".
Komentar
Posting Komentar