Sementara, riuh kita hanya rinai hujan sore itu. Selebihnya kita diam tanpa kata dan masih saling menerka.
Tak ada yang paling sendu dari rinai hujan di sore sabtu. Entah Menetap atau hanya berteduh, ia akan tetap jatuh. Badainya di benci rintiknya di tunggu, ia selalu rela memberi sejuk tanpa menggerutu. Hujan dengan genangan rindunya,meneteskan kisah pilu di setiap jatuhnya. Mengalirkan sepi dalam dinginnya waktu, menyisakan tanya di relung kalbu.
Pada Wajah pelangi dengan indah lekuk warna, melengkung harapan setelah badai reda. Menghias cakrawala dengan pesona, janji indah tuk jiwa yang merana. Mempesona memang, ia bak mimpi ada tapi tak pernah nyata. Indah namun hanya sekejap mata. Mempesona, lalu nyatanya tak ubah seperti fatamorgana.
Di ujung senja dengan janjinya kembali pada petang, membawa pulang segala penantian yang panjang. Mengakhiri hari dengan nuansa syahdu, menyongsong malam dalam dekapan rindu. Lalu Senja, lalu lara. Ia nya merona jingga menggugah jiwa. Padanya aku selalu hanyut dan larut, tanpa sadar aku kalut dalam perasaan ragu. Tanyaku hanya satu, mungkinkah hanya aku yang akan menjadi tuju?
Komentar
Posting Komentar